MAKNA CAHAYA DALAM LUKISAN SYAYIDIN
Oleh: NUROCHMAN SUDIBYO YS.
TAHUN 2019 Bagi Syayidin adalah tahun kebaruan dalam memasuki wilayah kretifitas dan ekspresinya. Hal ini bukan saja dituntut oleh kematangan hidup dan pengaruh akibat tempaan pengalaman empiriknya dalam menyerap perjalanan serta kariernya sebagai pelukis.
Pelukis alumnus ISSI Yogyakarta ini jika dilihat dari karya-karya terbarunya pasca 2008 sd. 2018 Lebih mengungkap dominasi perpaduan pengalaman estetis dan spiritualnya.
Gagasan serta idenya yang menglobalpun semakin memperkuat posisi kreatifitasnya sebagai pelukis yang terus mendunia
Dalam pengamatan saya sebagai apresiator sekaligus pengamat; menegaskan Adanya tiga ciri khusus yang memperkuat posisinya sebagai pelukis kelas nation and internation.
Syayidin telah memfokuskan diri mengambil obyek keajaiban dunia seperti Borobudur di Indonesia dan kota Mekah di Saudi Arabia.
Syayidin telah membebaskan dirinya dari persoalan teknis melukis , baik secara material, warna, maupun tehnik melukisnya . meskipun ia kadang menggunakan palet, kuas, sapu, plonot, tekan, dan bahkan cipratan yang terkesan PUJARE NING KONO (terserah saja) tanpa beban. Namun pada kenyataan hasil karyanya menimbulkan kejutan yang spektakuler saat sicermati siapapun yang mengapresiasi lukisannya.
Dan yang ketiga Syayidin mulai memainkan wilayah Cahaya. Hal ini membuktikan bahwa ia ingin mengembalikan karya lukisnya pada Sang Pemilik Cahaya, atau dengan kata lain menawarkan “Makna Cahaya” pada siapapun yang berkenan menikmati karyanya.
Dari ketiga bentukan kreatif diatas, Syayidin seolah ingin membongkar rahasia alam dimana dalam ruang gelap dan terang terdapat pula ruang ekspresi terdapat pula ruang ketakjuban yang signifikan. Akibat dari cahaya dan pemanfaatan cahaya itulah kemudian ,muncul sudut pandang Tentu saja ide dan gagasan Syayidin tidk lahir dan bermunculan dengan sendirinya, tetapi didukung oleh pengalaman batin dan kesadaran spiritualnya yang kian matang.apalagi saat didera dalam lingkup sosialnya sebagai orang muda yang di”tua”kan. Artinya dalam segala hal ia harus tetap sabar memaknai hidup dan kehidupan,termasuk keperihan dalam memahami keadaan yang sesulit apa pun.
Pengaruh sosial dalam kehidupannyaa itu justru mendominasi pengalaman empiris dan spiritualnya dalam berkarya. Takpelak karena ia terus berupaya menangkap sumber cahaya maha cahaya dalam karyanya, maka hasilnya baik yang karya yang digerakkan secara sadar lahir dari diri dan kemandiriannya maupun karya yang lahir dari melengkapi kombinasi visual artnya, menunjukkan kematangan estetik yang lain. Syayidin sepertinya tak menyadari bahwa apa yang diakukannya saat ia bermain menangkapi cahaya, maka ituah puncak penghayataannya pada kesadaran spiritual serta estetika yang ia pilih. Semua menimbulkan daya tarik dan memunculkan ketakjuban visual tersendiri.
Satu hal yang juga menggoreskan catatan khusus perkembangan visual Respon visual
dari pelukis pelukis muda mengangkat merek lewat mengkolaborasikan lukisan lukisn yang sudah jadi menjadi lukisan yang menjadi.
Ini merupakan rekayasa berkarya sah meski melibatkan perupa lain. Sayidin dengan hasil kreatifitasnya yakin bahwa program pameran ke canada dan korea akan terkabul tahun ini.
(nurochman Sudibyo YS)